Bagaimana Anda memandang pekerjaan Anda sekarang? Ada yang menarik dengan apa yang disampaikan seorang rektor termuda Indonesia saat ini, Anis Baswedan, pada acara Kick Andy tadi malam (22 Mei 2009), tentang bagaimana ia membuat kriteria pekerjaan yang diidamkannya: pertama, pekerjaan itu harus memungkinkan adanya intellectual growth; kedua, pekerjaan harus bisa membantu menjalankan peran dalam keluarga dengan baik; ketiga, pekerjaan itu harus memungkinkan untuk memberikan pertanggungjawaban moral kepada masyarakat. Mungkin sudah bukan masanya kita mencari pekerjaan, tetapi bagaimana kita memandang pekerjaan kita kini.
Intellectual growth
Pekerjaan apa pun semestinya memang memberikan kesempatan kita untuk menjadi lebih well-informed, paling tidak, pada situasi terkini. Terlepas apakah informasi itu berhubungan langsung dengan pekerjaan kita atau tidak. Buat saya, kapasitas kita sebagai pribadi pembelajar harus terus diberi asupan yang baik sehingga kapasitas itu bisa ditingkatkan dan diperlebar. Orang yang ahli di bidangnya itu penting, tetapi untuk menjadi ahli di bidangnya, kita perlu usaha dan kemauan untuk menjadi seberapa ahli kita nantinya. Ahli di bidangnya akan menjadi kendala mana kala kita ternyata tidak terlalu bisa memberi bantuan kepada orang lain untuk memecahkan masalahnya. Oleh karena itu, kita mesti membangun kebutuhan untuk meningkatkan pertumbuhan intelektualitas kita. Buku, pergaulan dengan orang lain dari kalangan yang berbeda, pengalaman bermain dan berinteraksi dengan alam dan lingkungan, serta sumber-sumber ilmu lainnya penting kita jadikan alat untuk mengupgrade keilmuan kita.
Tanggung jawab atas peran dalam keluarga
Pekerjaan seharusnya memberikan imbalan yang bisa membantu pelaksanaan peran kita dalam keluarga. Imbalan disini, kalau menurut Anis, adalah income. Tetapi buat saya imbalan itu bisa diperluas artinya, bukan saja soal income. Passion, semangat bekerja keras, kesungguhan atau segala yang baik yang diperlukan dalam bekerja bisa dimanfaatkan sebagai investasi teladan bagi anak-anak kita.
Tanggung jawab terhadap masyarakat
Yang disebut masyarakat di sini ya bisa siapa saja, tergantung passion kita ada dimana. Saya sepakat bahwa pekerjaan yang kita tekuni harus memberikan nilai positif terhadap orang lain dan lingkungannya (termasuk alam sekitarnya). Sudah jelaslah bahwa ada pertanggungjawaban sosial atas pekerjaan kita terhadap masyarakat sekitar. Ide, keahlian, kemampuan, cara dan semangat bekerja, bisa disumbangkan dalam kehidupan bermasyarakat sehingga lebih banyak orang akan mendapatkan manfaat dari keahlian kita.
Lalu, bagaimana dengan pekerjaan Anda?
Urusan pertama dan kedua, menurut saya, adalah tanggung jawab pribadi terhadap profesi. Kebutuhan setiap orang tidak sama, dan cara pencapaiannya pun sangat unik untuk masing-masing pribadi. Bagaimana dengan yang ketiga? Sebagai pengajar di sekolah yang dianggap bagus, saya rasa keseimbangan perlu dicapai. Passion kita terhadap dunia pendidikan perlu dijaga, bahwa murid yang tidak seperti murid-murid kita saat ini, artinya yang tidak mampu mengakses sarana dan kesempatan belajar yang baik, terlampau banyak jumlahnya. Mereka ada di sekitar kita, mereka juga bagian dari masyarakat dimana kita tinggal. Sangat sulit untuk menjangkau mereka bila kita hanya seorang diri dengan passion itu. Maka kalau perusahaan mempunyai divisi yang disebut CSR (Corporate Social Responsibility), yaitu divisi yang dipakai perusahaan untuk membantu masyarakat luas sebagai bentuk pertanggungjawaban sosialnya, lalu mengapa tidak kita buat TSR (Teachers’ Social Responsibility) sebagai wadah yang sama? Caranya? Ada banyak cara, yang paling penting adalah seberapa penting wadah ini bagi kita sebagai pendidik. Kalau penting, mari kita diskusikan cara konkretnya…